The story
Lentog tanjung, kuliner pagi khas kota kudus ini membuat saya
selalu ingin kembali ke kota ini. Lentog yang berarti lontong, yakni makanan
berupa beras yang sudah di aron lalu dibungkus dengan daun pisang kemudian di
kukus untuk proses pematangan. Jika lontong lazimnya berukuran kecil berbeda
halnya dengan lentog, lentog yang digunakan untuk lentog tanjung ini berukuran
lebih besar tepatnya sebesar paha orang dewasa.
Tanjung
merupakan salah satu daerah di kota kudus, tepatnya desa tanjungsari kecamatan
jati, kabupaten kudus, jawa tengah. Dari sinilah kuliner lentog tanjung ini
mulai ada, karena memang dahulu kala penjualnya berasal dari desa tanjung. Pada
awalnya lentog tanjung ini hanya dijual di hari minggu atau hari libur saja
untuk menu sarapan warga sekitar, dan hanya ada di daerah tanjung. Namun kini
lentog tanjung sudah tersebar ramai di penjuru kota kudus dan menjadi icon
kuliner kota kudus selain soto.

The place
Jika kalian singgah di kota kudus dan ingin mencari lentog tanjung
di daerahnya yakni daerah tanjung, arahkan kendaraan anda ke terminal kudus
(bagi yang dari daerah semarang) nanti dari lampu merah terminal kudus bisa
langsung ambil kanan dan terus sampe arah tanjung. Dan bagi yang dari arah
surabaya / kudus kota bisa langsung ambil arah RS. Mardi rahayu, dari lampu
merah RS belok kiri lalu lurus saja dan nanti lokasi khusus penjual lentog
tanjung ada di daerah tanjung dengan warung-warung yang berjejer.
Sejak menjadi
icon kuliner kota kudus, relokasi tempat untuk para penjual lentog tanjung saat
ini cukup rapih dan tertata, masing-masing penjual diberi kios, jadi tinggal
pilih ingin datang ke kios yang mana, dari segi rasa hampir sama saja semua
tergantung selera dan kembali ke lidah masing-masing. Warung-warung lentog ini
buka dari jam 06.00 sampe jam 10.00 pagi, jadi usahakan jangan sampe kesiangan
ya jika ingin menikmati kuliner pagi khas kota kudus ini.

The food
Tidak sulit bagi saya untuk menemukan daerah tanjung, karena
memang saya pernah menghabiskan masa-masa sekolah disni. Setibanya di warung
lentog saya langsung memesan 2 porsi lentog tanjung, iya 2 porsi, itu karena
porsi yang disajikan memang imut-imut. Lentog tanjung yang berisikan irisan
lontong, lalu disiram dengan kuah sayur nangka atau sayur tewel/sayur gori kalo
orang jawa bilang, lengkap dengan tahu dan tempenya, serta tak lupa taburan
bawang gorengnya yang kriuk kriuk menambah sensasi menikmati lentog tanjung.
Penyajian
khas lentog tanjung adalah penggunaan alas daun pisang. Saat saya bertanya
“kenapa harus pake daun pisang padahal sudah pake piring beling” ternyata ini
memang sudah tradisi, agar si lentog ini tetap memiliki cita rasa yang khas dengan
dialaskan daun pisang. Semakin
mantap menikmati lentog tanjung ini kalo rasanya pedas ya, at least memang saya
pecinta pedas, gk afdhol rasanya kalo gak pedas. Saya pun menambahi lentognya
dengan siraman kuah sambal, sambalnya ini unik, bukan berupa sambal ulegan atau
cabe irisan melainkan cabe gelondongan/cabe utuh yang sudah direbus lalu
dicampurkan ke kuah kental. Sayangnya part sambal ini saya lupa nanya apa saja
bumbunya, yang pasti kuah si sambal ini yang bikin saya pingin nambah terus.
Komentar
Posting Komentar